MY
FIRST LOVE
Karya
: Janeeta Mutiara Zaahirah (8E)
Hari Jumat adalah hari
yang selalu kutunggu. Dulu, Ayah bekerja sebagai guru di salah satu SMP
di Indramayu, kota yang sangat jauh dari rumah kami di Tasikmalaya.
Setiap Hari Jumat, beliau pulang. Saya dan seluruh keluarga sangat
menantikan momen itu. Kami akan menghabiskan waktu dengan kebersamaan
yang hangat.
Namun,
jika Jumat adalah penantian yang membahagiakan, Hari Minggu adalah kebalikannya.
Itu adalah hari yang sangat menyedihkan, karena Ayah harus kembali ke
Indramayu untuk bertugas.
Perjalanan dari Kota
Indramayu ke Kota Tasikmalaya menghabiskan waktu enam jam. Saya tahu
perjalanan itu pasti membuat Ayah sangat capek. Tetapi,
beliau selalu menyempatkan diri pulang ke rumah demi bertemu keluarganya.
Ayah tidak pernah sekalipun berkata lelah untuk menempuh
perjalanan itu, hanya demi bertemu saya dan keluarga.
Tahun demi tahun berlalu
dengan ritme yang sama: rindu di hari biasa, bahagia di akhir pekan. Hingga
akhirnya, kabar baik itu datang. Ayah saya berhasil
pindah tugas dan bekerja menjadi guru SMP di Kota Tasikmalaya. Betapa
senangnya hati saya. Akhirnya, saya bisa bertemu Ayah setiap hari
tanpa harus menunggu lamanya Hari Jumat.
Kebahagiaan baru itu
membawa pemandangan baru. Setiap kali saya melihat Ayah pulang
bekerja, bajunya dipenuhi keringat, tapi wajahnya selalu
tersenyum. Suatu hari saya bertanya, "Capek, Yah?"
Beliau
hanya tertawa kecil, lalu menjawab, "Untuk mencukupi kebutuhan anak-anak
Ayah, ini biasa saja."
Jawaban itu, dan kerja
kerasnya setiap hari, membuat saya semakin mengerti.
Ayah saya adalah sarjana pertama di keluarganya. Beliau bukan anak dari
orang tua yang berkecukupan. Ayah pernah bercerita, untuk bisa sekolah
saja, beliau harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan pendidikannya.
Saat
di bangku SMP, beliau bekerja sebagai kuli perabotan rumah. Saat
SMA, beliau bekerja sebagai kuli bengkel motor. Bahkan sampai
kuliah, beliau tetap bekerja sebagai kuli.
Sejak saya memahami
cerita itu, Ayah tidak hanya menjadi kebanggaan keluarga. Beliau
adalah bukti hidup bahwa kerja keras, doa, dan keteguhan bisa menembus
batas nasib. Ayah mungkin lahir dari keluarga yang tidak berkecukupan, tapi
dari sanalah tumbuh seorang lelaki yang hatinya sekuat batu dan mimpinya
setinggi langit.
Yah,
saya adalah anak yang sangat beruntung. Saya memiliki seorang Ayah yang
selalu mengusahakan apa pun yang saya butuhkan. Kerja kerasnya dari pagi
sampai malam bukanlah hambatan.
Walaupun ketika aku merasa sedih Ayah tidak pernah memelukku, atau ketika aku merasa lelah Ayah tidak pernah menanyakan langsung bagaimana keadaanku, saya percaya. Saya percaya Ayah selalu mendoakan saya dalam diamnya dan percaya saya bisa menghadapinya sendiri.
Bahkan jika nanti di
kehidupan selanjutnya memang benar ada, saya akan tetap memilih beliau
untuk menjadi Ayah saya lagi.
"The
only person I truly love the most in my life is my dad."

1 Komentar
Jadi ingat ayah 😭🥺
BalasHapus