Kegiatan Ekstrakurikuler
merupakan wadah dan kegiatan bagi anak sekolah yang sangat efektif dalam
menerapkan karakter peserta didik, karena anak sekolah akan belajar banyak dari
mulai organisasi, pembiasaan, sampai menyalurkan bakat mereka yang harus dieksplor
dan diasah terus menerus.
Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu, untuk mengembangkan bakat dan
minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya
yang positif. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler memberikan gambaran bagaimana
karakter siswa dibangun secara baik.
Kegiatan ekstrakurikuler juga
memiliki beberapa fungsi, yaitu mengembangkan kemampuan dan kreativitas pelajar
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat. Ekstrakurikuler juga memiliki fungsi
sosial, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
siswa. Juga untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan, dan
menyenangkan bagi siswa yang menunjang proses perkembangannya. Pada akhirnya,
kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir siswa.
Melihat fungsi kegiatan
ekstrakurikuler di atas, jelas bahwa kegiatan ini mengandung unsur-unsur yang
dapat membangun karakter siswa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengetahui
potensi dan bakat yang ada di dalam dirinya serta belajar mengembangkan bakat
serta potensi tersebut secara baik.
Dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah diharapkan sekolah mampu membentuk karakter siswa
sesuai dengan bakat dan minat siswa itu sendiri. Karakter bisa digambarkan
sebagai sifat manusia pada umumnya, di mana manusia mempunyai banyak sifat yang
tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Pendidikan karakter di sekolah
sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah dari
keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari
keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik. Jadi, pendidikan karakter
atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk dilakukan. Namun, selama
ini banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
pendidikan karakter.
Jika kita peduli akan peningkatan
mutu lulusan siswa, maka kita sebagai pendidik dan orang tua hendaknya
senantiasa mengaplikasikan pendidikan karakter siswa di situasi apapun, di
manapun, dan kapanpun siswa berada. Tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang
sia-sia untuk memajukan kualitas anak bangsa sebagai penerus bangsa.
Dalam hal ini SMP Negeri 12
Tasikmalaya ingin menciptakan karakteristik sebagai sekolah yang berwawasan
lingkungan sebagai salah satu upaya menciptakan “Pelajar Pancasila”.
Karakteristik tersebut tertulis dalam visi dan misi sekolah. Sebagai sekolah
yang berwawasan lingkungan, yaitu : “Berdasarkan Iman dan Taqwa, SMP Negeri 12
Tasikmalaya Mewujudkan Peserta Didik Yang Berkarakter, Berpprestasi, Trampil
dan Mandiri, Serta Berwawasan Lingkungan”
Karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain
atau tabiat. Sekolah sebagai bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran sesuai tingkatannya. Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan atau
proses mendidik. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Depdiknas,
2008).
Wawasan adalah pandangan
sedangkan lingkungan adalah bulatan yang melingkari dan hidup adalah masih
terus ada , bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya(tentang manusia, hewan ,
tumbuh-tumbuhan) dalam Kamus Umum Bahasa
Pendidikan berwawasan lingkungan
hidup merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam memandang terhadap kesatuan manusia, hewan , tumbuh-tumbuhan , yang
masih terus ada bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya.
Di sekolah ini, siswa dididik dan diajar agar terbangun karakter cinta lingkungan hidup. Proses pengajaran dan pendidikan dilakukan secara teoritis maupun praktik. Pendidikan secara teoritis dilakukan dengan mengimplementasian materi dan praktek lingkungan hidup ke dalam program semua ekstrakurikuler yang ada. Sedangkan secara praktik melalui pembudayaan seperti budaya membuang sampah pada tempatnya, piket kelas, petugas 7K, budaya menempatkan sampah pada tempatnya, budaya hemat air dan listrik, adanya area bebas rokok, budaya menghindari corat coret bukan pada tempatnya, budaya menanam, memelihara tanaman yang ada di lingkungan sekolah. dan lain sebagainya. Proses mendidik dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama. Dengan proses tersebut siswa akan paham arti pentingnya lingkungan hidup.
Keteladanan dari tenaga
kependidikan dalam tindakan mencintai lingkungan tidak kalah pentingnya dalam
proses pembentukan karakter. Melalui pendidikan, pengajaran dan keteladanan,
karakter siswa terbangun sehingga sikap dan tindakan cinta lingkungan hidup
dilakukan dengan penuh kesadaran.
Dengan demikian, pendidikan
berwawasan lingkungan hidup yang diperoleh siswa akan mampu membangun karakter
cinta lingkungan. Pendidikan yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan
semakin memperkuat karakter siswa sampai kelak dewasa. Kondisi demikian
memberikan harapan yang besar untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.
Cinta kebersihan dan lingkungan
Penanaman rasa cinta kebersihan ini ditunjukkan pada dua hal, yaitu menjaga
kebersihan terhadap diri sendiri dan kebersihan terhadap lingkungan. Kebersihan
terhadap diri sendiri dimaksud agar membentuk pribadi yang sehat dan jiwa yang
kuat. “Mensana Incorpore Sano” , di dalam tubuh yang sehat (bersih) terdapat
jiwa yang kuat. Sehingga apabila anak dalam kondisi yang sehat dan jiwa yang
kuat maka anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Sedangkan, penanaman rasa cinta kebersihan terhadap lingkungan dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan sekolah mulai dari jalan, halaman, hingga kelas
terbebas dari debu dan sampah. Pembuatan jadwal piket di tiap kelas, agenda
bersih-bersih bersama seminggu sekali, ataupun lomba kebersihan lingkungan
sekolah adalah contoh lain yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah sebagai
upaya menanamkan rasa cinta kebersihan terhadap lingkungan. Dengan lingkungan
yang bebas sampah inilah tercipta udara yang segar dan lingkungan belajar yang
mendukung Kejujuran merupakan investasi yang sangat berharga dan modal dasar
bagi terciptanya komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat. Anak sebagai
pribadi yang jujur dan peka terhadap berbagai rangsangan yang berasal dari
lingkungan luar dapat memiliki hubungan yang harmonis dan komunikasi yang baik
terhadap orang lain. Dari hubungan seperti ini akan tercipta rasa saling
percaya di antara keduanya. Pada masa sekolah inilah idealnya guru menanamkan
nilai kejujuran pada anak-anaknya. Peduli Peduli merupakan sikap dan tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan yang membutuhkan.
Kepedulian anak dapat ditanamkan di sekolah melalui berbagai cara. Misal saat
ada teman kelas yang sakit maka bisa saling berembug untuk menjenguk atau bisa
juga mengumpulkan uang dari teman-teman satu kelas kemudian dibelikan sesuatu
sebagai bawaan saat menjenguk temannya sebagai wujud kepedulian. Dengan adanya
sikap peduli yang melekat dalam diri anak sejak dini maka akan disenangi oleh
banyak teman. Dan saat si anak tiba-tiba sedang dalam keadaan sulit pasti akan
ada yang mau mengulurkan tangan dan segera membantunya. Nasionalis Cinta tanah
air atau nasionalis adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun
kelompoknya. Karakter nasionalis dapat ditanamkan melalui beberapa hal,
diantaranya melalui upacara bendera, menghormati tokoh bangsa dengan berziarah
ke makamnya, berjuang sepenuh jiwa dan raga untuk mengharumkan bangsanya, serta
cara yang lainnya. Dengan ditanamkannya sikap nasionalis ini, saat dewasa
terjadi ancaman terhadap negaranya ia akan menjadi orang yang rela berkorban
dan berani memposisikan diri di barisan paling depan demi menjaga dan
menyelamatkan negara tercintanya. Melalui penanaman kelima karakter di
lingkungan sekolah ini, harapannya anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang
memiliki kecerdasan intelektual dan cara bersikap (attitude) yang prima.
Menjadi pribadi yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang tinggi saja tentu tidak
cukup, anak juga harus dibekali dengan sikap atau karakter yang baik.
Dengan penerapan karakter siswa
selain dalam pembelajaran intrakurikuler dengan melalui melalui Ekstrakurikuler
agar siswa merasa tidak terikat dengan ruang kelas, komunitas kelas artinya mereka
punya komunitas baru dari kelas lain yang memiliki kemiripan bakat, karakter,
ide, gagasan dll. Dari hal tersebut maka akan muncul keberanian mengemukakan
pendapat, tidak menggantukan diri pada orang lain, dll. Hal tersebut sesuai
dengan program pemerintah dalam hal ini Mendikbud yaitu Kebijakan Merdeka
Belajar yang bertujuan untuk membentuk Pelajar Pancasila. Menurut Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, ciri-ciri pelajar Pancasila adalah :
- Beriman, bertaqwa, dan berakhlak. "Di sinilah moralitas, integritas, spiritualisme yang menjadi komponen,", merupakan hasil dari pendidikan karakter.
- Pelajar kreatif yang memiliki kemampuan berkarya, kemampuan untuk menemukan jalan-jalan yang tidak konvensional, mampu beradaptasi terhadap perubahan dan juga berinovasi.
- bergotong-royong, kemampuan kompetensi berkolaborasi dan bekerja sama sebagai suatu tim.
- berkebhinekaan. Mempunyai rasa hormat terhadap perbedaan, mencintai keberagaman nasional kita, mempunyai spirit nasionalisme yang tinggi, dan saling mencintai sesame.
- Bernalar kritis, memecahkan permasalahan, berpikir secara kritis, memproses informasi secara kritis, dan juga kemampuan berpikir secara terstruktur dan kuantitatif.
- Pada profil yang keenam adalah kemandirian kemampuan. Siswa yang independen dan secara mandiri mencari ilmunya sendiri.
Profil Pelajar Indonesia
Pancasila ini merupakan implementasi dari Program Penguatan Pendidikan karakter
yang merupakan mandat Presiden yang lantas dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari upaya
melahirkan pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter baik
memiliki peran yang penting dalam membangun karakter siswa. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler, siswa dapat menumbuhkan sikap cinta Tuhan, tanggung jawab,
toleransi, rela berkorban, displin, menghargai sesama, gotong royong, dan
sebagainya. Diharapkan agar siswa menyadari pentingya kegiatan ekstrakurikuler,
sehingga dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik demi menjadi pribadi
yang berahklak mulia. Selain itu, diharapkan pihak sekolah pun mampu menyadari
peran kegiatan ekstrakurikuler demi membangun karakter siswa dengan mengadakan
berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung perkembangan siswa dan
terwujudnya Pelajar Pancasila.
Eman Suhaeman
SMP Negeri 12 Tasikmalaya
0 Komentar