Wandering Demons
Karya: Sipa Risyanti (9C)
Bagaimana jika temanmu tidak mempercayai akan dunia ini berdampingan dengan dimensi lain? Sedangkan kamu bisa melihat mereka, yang tak kasat mata?
Pagi itu seperti biasa, aku dan Lysia bertemu di kelas. Lysia adalah teman baikku. Ia menempati peringkat satu di kelasku, sedangkan aku menempati peringkat 2. Ia sangat cerdas dan logis, bahkan dia tidak pernah percaya bahwa dunia ini berdampingan dengan mereka, makhluk tak kasat mata. Karena menurut dia, itu hanyalah halusinasi seseorang ketika ketakutan.
Aku dan Lysia berbanding terbalik. Lysia orang yang logis, tak percaya adanya hantu, sedangkan aku dikaruniai bisa melihat mereka, makhluk tak kasat mata, dan bahkan aku sering bertemu dengan "mereka". Mungkin aku sudah terbiasa melihat bentuk-bentuk yang aneh dan bahkan bau darah yang sangat menyengat.
Di dalam kelas, terlihat Lysia berjalan ke arahku dengan muka yang ceria, lalu bertanya.
Tanya Lysia kepadaku dengan senyuman hangat.
Lysia bertanya dengan cemberut.
Jawab Lysia ketus.
Yuka tertawa.
Lysia cemberut seperti tupai.
Yuka terdiam. Lalu, Yuka mengeluarkan buku di dalam tas.
Lysia memanggil Yuka.
Lysia bertanya kebingungan.
Bel pelajaran pertama pun berbunyi. Kringgg!
Pembelajaran pertama pun dimulai, semua murid duduk dengan rapih. Mata pelajaran pertama adalah psikologi, pelajaran ini sangat digemari oleh Lysia dan Yuka. Mereka sangat antusias untuk bertanya.
Bu Kila bertanya.
Jawab Yuka berbisik.
Yuka tiba-tiba terdiam.
Yuka tetap terdiam seperti patung.
Yuka terdiam karena ia melihat sesuatu yang menempel di tubuh Lysia. Makhluk itu sedang menjilat-jilati rambut Lysia seperti memakan permen kapas yang manis, air liurnya seperti air terjun yang berjatuhan ke meja. Yuka tak melihat sedikit pun ke arah Lysia. Yuka takut berkontak mata dengan makhluk itu.
Jawab Yuka terbata-bata.
Bel istirahat berbunyi. Kringg!
Di lorong kelas, Yuka mengamati tubuh Lysia yang sedang berjalan.
Lysia menarik tangan Yuka.
"E-eh!" Tangan Yuka tertarik oleh Lysia.
"Lalala," Lysia bersiul dengan santai.
Lysia menceritakan tentang keanehan yang terjadi di rumahnya.
Tanya Yuka tersentak.
Jawab Lysia acuh dan melanjutkan perjalanan ke kantin.
Pikiran Yuka terlintas pada sosok jin yang pernah ia lihat di buku kuno milik kakeknya. Sepertinya ada sesuatu yang berkaitan dengan hal itu. Makhluk tadi di kelas yang menempel di tubuh Lysia sepertinya itu adalah jin kobake, batin Yuka.
Jin Kobake
Jin Kobake memiliki bentuk kepala seperti kambing, tanduknya hanya tersisa satu. Tubuhnya diselimuti dengan aura kegelapan dan keberadaannya memiliki energi yang sangat kuat.
Jawab Lysia dengan gembira.
Semoga ada petunjuk, batin Yuka.
Jawab Lysia dengan polos.
Hmm, Lysia emang suka berpikir positif, ya, Yuka tersenyum.
Skip jam pulang. Kringg! Bel pulang berbunyi.
Mereka pun sampai di rumah Lysia.
Rumah Lysia
Rumah Lysia tampak besar, bertingkat 2. Rumahnya berwarna putih kecokelatan, halamannya dipenuhi dengan tanaman rambat.
Ketika memasuki ruangan, Yuka disambut dengan hawa yang cukup berat. Aroma ruangan itu seperti bau dupa yang sangat menyengat, aroma itu menusuk ke dalam hidung Yuka.
Jawab Lysia teriak.
Yuka menelusuri rumah Lysia dengan penuh pertanyaan di kepalanya. Apa di balik itu semua? Apa latar belakang kehidupan Lysia? Apakah Lysia pernah terseret dengan kasus yang lain? Isi kepala Yuka penuh dengan tanda tanya.
Yuka merasa haus, ia pergi untuk mencari dapur. Sesampainya di dapur, Yuka merasakan hawa yang cukup aneh di bawah lantai dapur. Seketika Yuka mengecek satu per satu lantai tersebut.
Suara benda yang terjatuh dari pinggir meja dapur.
Yuka berjalan menghampiri sumber suara yang terjatuh.
Yuka menemukan buku berlambang lingkaran bintang satanic (buku panduan aliran sesat). Biasanya orang yang mempunyai buku ini mempunyai niat untuk hidup abadi. Buku itu mempunyai aura yang sangat berat, seperti keberadaan jin kobake tadi di sekolah.
Di luar sampul buku itu terdapat tombol kecil. Yuka mencoba menekan tombol itu, dan ternyata meja dapur itu tiba-tiba bergerak.
Grudug... grudug...
Suara itu bergemuruh sehingga Lysia mendengar suara itu.
Suara Lysia berteriak sambil berjalan ke arah Yuka.
Yuka hanya terdiam.
Lysia bertanya dengan tergesa-gesa.
Lorong itu perlahan-lahan terbuka lebar. Ruangan itu sudah tersedia anak tangga besi yang menuju ke arah lorong ruangan tersebut.
Jawab Lysia terbata-bata.
"E-eh!" Lysia terseret masuk.
Yuka melihat banyak sekali setan-setan yang berkeliaran di dalam ruangan itu. Kenapa banyak sekali setan yang berkeliaran? Tapi sepertinya itu adalah roh yang tidak bersalah, atau nggak mereka terjebak di ruangan ini? Mencari apa mereka? Kenapa wajahnya ada yang hancur? Bau aura ini sangat beda dari arwah-arwah yang biasanya, Yuka bertanya-tanya di dalam hati.
Tiba-tiba Lysia bersikap aneh. Ia hanya diam tidak bergerak sedikit pun.
Yuka memanggil Lysia dan melihat ke arahnya.
Tiba-tiba wajah Lysia berubah menjadi hitam kemerahan, matanya menjadi hitam. Lysia tak bergerak sedikit pun.
Yuka memasang wajah datar.
Yuka terpaksa untuk menampakkan diri dan berinteraksi pada makhluk itu.
Yuka memanggil si kepala kambing itu (jin kobake) dengan nada menantang.
Si kepala kambing itu sedang memeluk Lysia dari belakang. Ia sedang menggerogoti rambut Lysia, dan setengah tangannya sudah memasuki kepala Lysia. Untungnya Yuka bergegas memanggil si kepala kambing, jadi kepala kambing tidak sepenuhnya merasuki tubuh Lysia.
Si kepala kambing menoleh ke arah Yuka. Air liur dia berjatuhan ke lantai.
Kepala kambing menggeram kesal.
Yuka malah kegirangan.
Usil Yuka.
Jawab Yuka dengan cemberut.
Ketika Yuka sedang berbincang dengan si kepala kambing, ternyata ayah dan ibunya Lysia sudah datang ke rumah. Ayahnya yang sudah tahu akan keberadaan Yuka, ia langsung menghampiri ruangan tersembunyi itu. Wajah ayahnya Lysia berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. Ayah Lysia langsung menghampiri Yuka tanpa ba-bi-bu.
Yuka hanya bisa melotot dengan kedua matanya.
Ayah Lysia lari menghampiri Yuka dengan wajah merah seperti kepiting rebus, dan matanya berubah menjadi hitam. Larinya sangat aneh, seperti ulat yang menggeliat, kepalanya menjadi besar seperti gambar karikatur.
Roh-roh yang di dalam ruangan memandang wajah Yuka seperti melihat makanan yang sangat lezat. Jiwa Yuka sangat sensitif pada makhluk seperti itu, sehingga roh-roh yang bergentayangan ingin menempel ke badan Yuka.
Yuka yang menyadari akan hal itu, Yuka langsung berlari memasuki lorong ruangan yang gelap.
Yuka berlari sekuat tenaga. Kepala kambing yang awalnya memeluk badan Lysia akhirnya ia melepaskan pelukannya dan berlari untuk mengejar Yuka.
Untungnya, Yuka menyadari ia sudah disucikan oleh kakeknya dan ia rutin puasa mutih. Manfaat puasa mutih berfungsi untuk mementalkan roh-roh yang berniat jahat kepada tubuh Yuka. Si kepala kambing itu akhirnya merasuki ayahnya Lysia.
Kesadaran Lysia sudah kembali. Ia teringat sedang di ruangan bawah. Lysia membuka matanya secara perlahan, samar-samar ia mendengar suara Yuka,
Lysia langsung membuka matanya dan... ia melihat ibunya sedang melotot ke arahnya, wajahnya sama seperti ayah Lysia. Wajahnya memerah, bola matanya hitam, air liur yang berjatuhan ke muka Lysia.
Ibu Lysia mengeluarkan suara itu sambil menatap wajah Lysia melotot. Suara ibunya Lysia sangat melengking dan nyaring.
Lysia menahan leher ibunya menggunakan tangan dan menendang kepala ibunya. "ERGGH!"
Akhirnya ibu Lysia tergeletak di lantai.
Lysia bergegas lari ke arah Yuka.
Yuka dan Lysia berhasil sembunyi di balik tembok lorong yang gelap dan berbelok-belok seperti labirin.
Yuka menemukan 2 buah botol kaca, ia langsung memberikan 1 botol kepada Lysia.
Lysia terpancing emosi.
Lysia membentak Yuka.
Yuka membungkam mulut Lysia.
Suara Lysia sangat nyaring, sehingga Ayah Lysia menyadari akan keberadaan mereka.
Suara Ayah Lysia berjalan menghampiri keberadaan Yuka dan Lysia. Yuka sudah ancang-ancang membawa botol kaca itu.
Suara langkah kaki itu semakin dekat!
"Degk... degk... degk..."
Suara langkah kaki yang terdengar jelas di ruangan sunyi.
Kepala ayah Lysia muncul tepat di hadapan Lysia.
Lysia berteriak. Lysia diterkam oleh ayahnya. Botol kaca yang diberikan oleh Yuka terlepas begitu saja.
Lysia menahan leher ayahnya dengan sekuat tenaga.
Yuka menendang kepala ayah Lysia menggunakan kakinya, lalu Yuka memukul kepala ayah Lysia menggunakan botol kaca tadi.
Lysia syok melihat apa yang telah terjadi.
Jawab Yuka merasa bersalah.
Hikss... Lysia menangis dan mendorong Yuka penuh rasa amarah.
Yuka terdiam. Lysia memeluk ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri.
Yuka membuka kantong sakunya dan mengeluarkan garam ajaib yang telah diberikan oleh kakeknya. Yuka mengetahui bahwa ayah Lysia akan kembali bangun dengan jiwa yang penuh amarah karena dirasuki oleh jin kobake.
Ayah Lysia membuka matanya dengan serentak.
Yuka mendorong Lysia. Yuka langsung menaburkan garam yang dikeluarkan dari kantong saku ke wajah ayah Lysia.
Teriak ayah Lysia dengan penuh kesakitan. Suaranya memenuhi lorong tersebut.
Perlahan-lahan ayah Lysia berubah menjadi butiran abu yang terbakar dan beterbangan menghilang.
Lysia hampir pingsan.
Lysia menggeleng-gelengkan kepala dan bibirnya bergetar.
Lysia terdiam sambil menangis.
Yuka mengulurkan tangannya untuk membangkitkan Lysia.
Lysia mengumpulkan tekad dan meraih tangan Yuka.
Lysia tersenyum penuh tekad.
Merekapun berjalan mencari ibunya Lysia dan mengetuk-ketuk botol kacanya.
Suara ibu Lysia. Yuka dan Lysia bergegas mengangkat botol kaca.
Suara langkah kaki ibu Lysia semakin mendekat. Yuka dan Lysia berlari ke arah ibunya Lysia dengan membawa botol kaca.
Ibu Lysia berlari ke arah Lysia dan menerkam Lysia.
Lysia tergeletak diterkam ibunya. Ibu Lysia mencekik leher Lysia dengan sangat kencang.
Suara teriakan itu memenuhi lorong ruangan itu. Lysia sangat terkejut mendengar perkataan itu keluar di mulut ibunya sendiri.
Lysia berteriak kesusahan karena tercekik.
Lysia murka. Ia menendang perutnya menggunakan lutut.
Ibu Lysia kesakitan.
Lysia berteriak memanggil Yuka.
Lysia mengomel.
Yuka menaburkan garam itu kepada ibunya Lysia.
Teriak ibunya Lysia yang kini telah menjadi abu yang berterbangan.
Ternyata orang tua Lysia obsesi dengan hidup kekal. Mereka tidak mau mati, sehingga mereka melakukan ritual yang sesat. Mereka menyerahkan jantungnya kepada jin kobake "si kepala kambing" untuk ia makan, lalu jantungnya diganti dengan jantung yang diberikan oleh jin kobake (jantung yang dimodifikasi menggunakan ilmu hitam). Setiap malam Jumat, orang tua Lysia melakukan ritual penyerahan organ-organ yang mereka punya untuk dimakan jin kobake, lalu organ-organ yang dimakan akan diganti menggunakan organ ilmu hitam.
Lysia memeluk Yuka dengan sangat erat, lalu ia menangis sejadi-jadinya.
Ucap Yuka mengkhawatirkan Lysia.
Lysia memeluk Yuka dan berterima kasih.
Yuka membalas pelukan Lysia dan mengusap lembut kepala Lysia.
Pesan Moral
"Kematian adalah takdir semua manusia dan tak bisa dihindari dari siklus kehidupan. Berusaha melawan takdir hanya akan membawa penderitaan atau kehancuran."
Wandering Demons © Sipa Risyanti (9C)

0 Komentar