Wandering Demons

 



Wandering Demons - Sipa Risyanti (9C)

Wandering Demons

Karya: Sipa Risyanti (9C)

Bagaimana jika temanmu tidak mempercayai akan dunia ini berdampingan dengan dimensi lain? Sedangkan kamu bisa melihat mereka, yang tak kasat mata?

Gulir ke bawah untuk memulai kisah
Senin Pagi

Pagi itu seperti biasa, aku dan Lysia bertemu di kelas. Lysia adalah teman baikku. Ia menempati peringkat satu di kelasku, sedangkan aku menempati peringkat 2. Ia sangat cerdas dan logis, bahkan dia tidak pernah percaya bahwa dunia ini berdampingan dengan mereka, makhluk tak kasat mata. Karena menurut dia, itu hanyalah halusinasi seseorang ketika ketakutan.

Aku dan Lysia berbanding terbalik. Lysia orang yang logis, tak percaya adanya hantu, sedangkan aku dikaruniai bisa melihat mereka, makhluk tak kasat mata, dan bahkan aku sering bertemu dengan "mereka". Mungkin aku sudah terbiasa melihat bentuk-bentuk yang aneh dan bahkan bau darah yang sangat menyengat.

Di dalam kelas, terlihat Lysia berjalan ke arahku dengan muka yang ceria, lalu bertanya.

"Yukaaa, kamu bawa bekal apa sekarang?"

Tanya Lysia kepadaku dengan senyuman hangat.

"Seperti biasa, aku puasa mutih,"
"Hah? Nasi putih doang?"
"Ya iya, kenapa emang?"
"Emangnya kamu nggak bosan apa? Makan nasi putih doang setiap hari. Aneh, tahu nggak!"

Lysia bertanya dengan cemberut.

"Ya, sebenarnya aku juga mau makan yang lain, tapi kata kakekku, aku harus memperbanyak pembersihan spiritual, Lysia,"
"Hah? Pembersihan spiritual? Kamu masih percaya yang begituan? Nih ya, zaman sekarang tuh pasti hantu juga udah pada bawa tab satu-satu. Emangnya hantu mau ngeganggu kamu? Kolot banget deh,"

Jawab Lysia ketus.

"Ahaha, aku tahu kok, kamu kasihan ngelihat aku yang kesehariannya bawa nasi putih doang, padahal uang sakuku banyak,"

Yuka tertawa.

"Iya lah, teman mana yang tega lihat sahabatnya cuma nasi putih doang. Nggak adil banget kakek kamu,"

Lysia cemberut seperti tupai.

"Ahaha, sudah, sudah. Nggak apa-apa, kok. Aku udah biasa. Nanti juga kamu tahu sendiri,"
"Tahu apa?"

Yuka terdiam. Lalu, Yuka mengeluarkan buku di dalam tas.

"Yuka?"

Lysia memanggil Yuka.

"Kamu kenapa, sih, tiba-tiba banget jadi patung?"

Lysia bertanya kebingungan.

Bel pelajaran pertama pun berbunyi. Kringgg!

Pembelajaran pertama pun dimulai, semua murid duduk dengan rapih. Mata pelajaran pertama adalah psikologi, pelajaran ini sangat digemari oleh Lysia dan Yuka. Mereka sangat antusias untuk bertanya.

"Anak-anak, pernahkah kalian mendengar bahwa orang dalam gangguan jiwa mempunyai halusinasi yang cukup tinggi?"

Bu Kila bertanya.

"Ya, Bu, saya sering mendengar itu. Oh ya, Bu, bukannya hantu itu nggak ada ya? Soalnya, kan, rata-rata orang yang lihat hantu emang halusinasinya aja yang lagi tinggi,"
"Menurut psikologi, ya, iya begitu. Terkadang manusia mempunyai rasa lelah yang berat, sehingga mereka berhalusinasi di dalam imajinasi mereka,"
"Tuh kan, Yuka, apa aku bilang, hantu tuh nggak ada. Itu cuma halusinasi,"
"Ya emang, kita bukan berdampingan dengan hantu, melainkan dengan roh-roh,"

Jawab Yuka berbisik.

"Hmm, tetap aja aku nggak percaya, wle,"

Yuka tiba-tiba terdiam.

"Yuka, kenapa sih dari tadi diam terus? Biasanya juga kamu suka tanya banyak ke Bu Kila,"

Yuka tetap terdiam seperti patung.

Yuka terdiam karena ia melihat sesuatu yang menempel di tubuh Lysia. Makhluk itu sedang menjilat-jilati rambut Lysia seperti memakan permen kapas yang manis, air liurnya seperti air terjun yang berjatuhan ke meja. Yuka tak melihat sedikit pun ke arah Lysia. Yuka takut berkontak mata dengan makhluk itu.

"H-hah? O-oh, ahaha, aku hanya lelah, Lysia,"

Jawab Yuka terbata-bata.

"Hm? Baiklah."
Bel Istirahat

Bel istirahat berbunyi. Kringg!

"Yukaa, kita jajan yuk ke kantin,"
"Ayo! Goww,"

Di lorong kelas, Yuka mengamati tubuh Lysia yang sedang berjalan.

"Yuka? Sedang apa? Sini,"

Lysia menarik tangan Yuka.

"E-eh!" Tangan Yuka tertarik oleh Lysia.

"Lalala," Lysia bersiul dengan santai.

"Um, Lysia, sebelumnya kamu nggak percaya adanya hantu, kan?"
"Huum, tapi... mama papa aku aneh banget tahu,"
"Aneh? Aneh kenapa, Lysia?"
"Ya gitu, setiap malam Jumat, jam 12 malaman lah... mereka selalu ngeluarin suara-suara aneh tahu, kayak mantra gitu. Aku suka kebangun gara-gara suara aneh itu, dan bahkan pas aku cari sumber suara itu, aku ngelihat ada tangga yang kebuka ke ruangan bawah. Apa mungkin itu ruangan bawah tanah? Nah, aku penasaran banget, kan, jadi aku coba masuk dan ngelihat-lihat isi ruangan itu. Sumber suara itu semakin jelas, aku melihat ruangan yang diterangi dengan 1 lilin, dan aku melihat ada 2 orang yang sedang melambai-lambaikan tangannya. Ternyata itu adalah mama papaku, aneh banget, kan! Di ruangan itu aku nggak bisa lihat dengan jelas, soalnya ruangannya gelap banget, redup gitu, soalnya cuma diterangin sama lilin putih kecil,"

Lysia menceritakan tentang keanehan yang terjadi di rumahnya.

"Hah? Serius?"

Tanya Yuka tersentak.

"Iya, tapi aku cuma sebatas penasaran aja, nggak tertarik buat cari tahu lebih dalam. Rese soalnya,"

Jawab Lysia acuh dan melanjutkan perjalanan ke kantin.

Pikiran Yuka terlintas pada sosok jin yang pernah ia lihat di buku kuno milik kakeknya. Sepertinya ada sesuatu yang berkaitan dengan hal itu. Makhluk tadi di kelas yang menempel di tubuh Lysia sepertinya itu adalah jin kobake, batin Yuka.

Jin Kobake

Jin Kobake memiliki bentuk kepala seperti kambing, tanduknya hanya tersisa satu. Tubuhnya diselimuti dengan aura kegelapan dan keberadaannya memiliki energi yang sangat kuat.

"Umm, Lysia, sekali-kali aku boleh nggak main ke rumah kamu?"
"Hum? Tumben. Ayo! Aku juga punya gim terbaru, lho. Ayo mainin bareng,"

Jawab Lysia dengan gembira.

"Woaa, serius? Ayo,"
"Pulang sekolah aja gimana? Kamu bisa nggak kalau hari sekarang?"
"Bisa banget! Lagian aku di rumah juga sendirian,"

Semoga ada petunjuk, batin Yuka.

"Umm, Lysia, akhir-akhir ini kamu mudah kecapean atau pegal-pegal nggak?"
"Hah? Kok kamu tahu? Bahkan aku sering mimisan, lho, Yuka. Tapi kayaknya aktivitas aku aja yang berat, jadi kayaknya emang dari situ,"

Jawab Lysia dengan polos.

Hmm, Lysia emang suka berpikir positif, ya, Yuka tersenyum.

Rumah Lysia

Skip jam pulang. Kringg! Bel pulang berbunyi.

"Yukaa, ayo sekarang langsung ke rumah aku,"
"Iya, ayo,"

Mereka pun sampai di rumah Lysia.

Rumah Lysia

Rumah Lysia tampak besar, bertingkat 2. Rumahnya berwarna putih kecokelatan, halamannya dipenuhi dengan tanaman rambat.

Ketika memasuki ruangan, Yuka disambut dengan hawa yang cukup berat. Aroma ruangan itu seperti bau dupa yang sangat menyengat, aroma itu menusuk ke dalam hidung Yuka.

"Tadaa! Selamat datang di rumah aku, Yuka. Ayo langsung aja ke kamar aku. Mama sama Papa aku lagi nggak di rumah, mereka lagi kerja, jadi anggap aja kayak rumah sendiri,"
"A-ah, baiklah,"
"Kamu kalau mau keliling-keliling rumah aku sana aja, terserah mau ngapain juga,"
"Beneran nggak apa-apa, nih? Yaudah ya, aku mau keliling,"
"Iya, iya, sana,"

Jawab Lysia teriak.

Yuka menelusuri rumah Lysia dengan penuh pertanyaan di kepalanya. Apa di balik itu semua? Apa latar belakang kehidupan Lysia? Apakah Lysia pernah terseret dengan kasus yang lain? Isi kepala Yuka penuh dengan tanda tanya.

Dapur

Yuka merasa haus, ia pergi untuk mencari dapur. Sesampainya di dapur, Yuka merasakan hawa yang cukup aneh di bawah lantai dapur. Seketika Yuka mengecek satu per satu lantai tersebut.

"Prak!"

Suara benda yang terjatuh dari pinggir meja dapur.

Yuka berjalan menghampiri sumber suara yang terjatuh.

"H-hah? I-ini kan!..."

Yuka menemukan buku berlambang lingkaran bintang satanic (buku panduan aliran sesat). Biasanya orang yang mempunyai buku ini mempunyai niat untuk hidup abadi. Buku itu mempunyai aura yang sangat berat, seperti keberadaan jin kobake tadi di sekolah.

Di luar sampul buku itu terdapat tombol kecil. Yuka mencoba menekan tombol itu, dan ternyata meja dapur itu tiba-tiba bergerak.

Grudug... grudug...

Suara itu bergemuruh sehingga Lysia mendengar suara itu.

"Yuka? Yuka? Ada apa?"

Suara Lysia berteriak sambil berjalan ke arah Yuka.

Yuka hanya terdiam.

"Yuk, kamu nggak apa-apa? Loh, ruangan ini kebuka lagi!? Kok bisa kebuka?"

Lysia bertanya dengan tergesa-gesa.

"Aku nggak sengaja pencet tombol di buku ini,"

Lorong itu perlahan-lahan terbuka lebar. Ruangan itu sudah tersedia anak tangga besi yang menuju ke arah lorong ruangan tersebut.

"Tapi, kamu mau tahu lebih jauh nggak tentang apa yang orang tua kamu lakuin?"
"Umm, nggak ah. L-lagian nggak ada manfaatnya juga,"

Jawab Lysia terbata-bata.

"Ayo lah, aku bisa bantu kamu kok, Lys. Atau kamu takut?"
"A-apa, sih? Biasa aja kali,"
"Yaudah, ayo masuk,"

"E-eh!" Lysia terseret masuk.

Dalam Ruangan

Yuka melihat banyak sekali setan-setan yang berkeliaran di dalam ruangan itu. Kenapa banyak sekali setan yang berkeliaran? Tapi sepertinya itu adalah roh yang tidak bersalah, atau nggak mereka terjebak di ruangan ini? Mencari apa mereka? Kenapa wajahnya ada yang hancur? Bau aura ini sangat beda dari arwah-arwah yang biasanya, Yuka bertanya-tanya di dalam hati.

Tiba-tiba Lysia bersikap aneh. Ia hanya diam tidak bergerak sedikit pun.

"Lys?"

Yuka memanggil Lysia dan melihat ke arahnya.

Tiba-tiba wajah Lysia berubah menjadi hitam kemerahan, matanya menjadi hitam. Lysia tak bergerak sedikit pun.

"Yeuu, si hulu kambing malah ngerasukin Lysia,"

Yuka memasang wajah datar.

Yuka terpaksa untuk menampakkan diri dan berinteraksi pada makhluk itu.

"Woi, kambeng garut!"

Yuka memanggil si kepala kambing itu (jin kobake) dengan nada menantang.

Si kepala kambing itu sedang memeluk Lysia dari belakang. Ia sedang menggerogoti rambut Lysia, dan setengah tangannya sudah memasuki kepala Lysia. Untungnya Yuka bergegas memanggil si kepala kambing, jadi kepala kambing tidak sepenuhnya merasuki tubuh Lysia.

Si kepala kambing menoleh ke arah Yuka. Air liur dia berjatuhan ke lantai.

"эсӗ мана куратӑн-и? (kamu melihatku?)"
"Hah? Gue kaga ngerti, coy. Kuno bet bahasa lu,"
"мӗншӗн эсӗ кунта? (mengapa kamu di sini?)"

Kepala kambing menggeram kesal.

"Apa, sih, lu sensian amat jadi setan. Gw sama sekali ga ngerti bahasa elu, kambing hideung. Apa kita coba pake bahasa Inggris, yak? E-e-ekhem... Can you speak Indonesia?"
"HAUMM! MENGAPA KAMU BERADA DI SINI?"
"WESS, NGERTI DIA!"

Yuka malah kegirangan.

"Um, mau ngusir lu, wkwk,"

Usil Yuka.

"BERANI-BERANINYA KAMU! HMRGHH!"
"Ahaha, nggak, nggak. Gue cuma mau interogasi, ya seputar kambing hideung bisa sesat ke rumahnya si Lysia. Kok bisa ke sini, Mbe?"
"KAU TIDAK PERLU TAHU!"
"Kok gitu, sih,"

Jawab Yuka dengan cemberut.

Ketika Yuka sedang berbincang dengan si kepala kambing, ternyata ayah dan ibunya Lysia sudah datang ke rumah. Ayahnya yang sudah tahu akan keberadaan Yuka, ia langsung menghampiri ruangan tersembunyi itu. Wajah ayahnya Lysia berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. Ayah Lysia langsung menghampiri Yuka tanpa ba-bi-bu.

"SIAPA YANG DATANG KEMARI!? BERANI-BERANINYA KAU MENGINJAK RUANGANKU YANG SUCI!!"

Yuka hanya bisa melotot dengan kedua matanya.

Ayah Lysia lari menghampiri Yuka dengan wajah merah seperti kepiting rebus, dan matanya berubah menjadi hitam. Larinya sangat aneh, seperti ulat yang menggeliat, kepalanya menjadi besar seperti gambar karikatur.

Roh-roh yang di dalam ruangan memandang wajah Yuka seperti melihat makanan yang sangat lezat. Jiwa Yuka sangat sensitif pada makhluk seperti itu, sehingga roh-roh yang bergentayangan ingin menempel ke badan Yuka.

Yuka yang menyadari akan hal itu, Yuka langsung berlari memasuki lorong ruangan yang gelap.

"MAMPUS YUKAA, 1 VS BERAPA ITU!..."

Yuka berlari sekuat tenaga. Kepala kambing yang awalnya memeluk badan Lysia akhirnya ia melepaskan pelukannya dan berlari untuk mengejar Yuka.

Untungnya, Yuka menyadari ia sudah disucikan oleh kakeknya dan ia rutin puasa mutih. Manfaat puasa mutih berfungsi untuk mementalkan roh-roh yang berniat jahat kepada tubuh Yuka. Si kepala kambing itu akhirnya merasuki ayahnya Lysia.

Kesadaran Lysia sudah kembali. Ia teringat sedang di ruangan bawah. Lysia membuka matanya secara perlahan, samar-samar ia mendengar suara Yuka,

"LYSIA, BANGUN LYSIA! IBU KAMU UDAH NGGAK WARAS!! CEPET LARI!"

Lysia langsung membuka matanya dan... ia melihat ibunya sedang melotot ke arahnya, wajahnya sama seperti ayah Lysia. Wajahnya memerah, bola matanya hitam, air liur yang berjatuhan ke muka Lysia.

"MWIHIHIHI!"

Ibu Lysia mengeluarkan suara itu sambil menatap wajah Lysia melotot. Suara ibunya Lysia sangat melengking dan nyaring.

"ARGG! IBU KAMU UDAH GILA YA?!"

Lysia menahan leher ibunya menggunakan tangan dan menendang kepala ibunya. "ERGGH!"

Akhirnya ibu Lysia tergeletak di lantai.

"LYSIA, LARI KE SINI!!"

Lysia bergegas lari ke arah Yuka.

Yuka dan Lysia berhasil sembunyi di balik tembok lorong yang gelap dan berbelok-belok seperti labirin.

Yuka menemukan 2 buah botol kaca, ia langsung memberikan 1 botol kepada Lysia.

"Lysia, ambil ini. Kamu hanya perlu memukul kepala ayah dan ibumu,"
"Hah? A-aku nggak bisa mukul orang tuaku sendiri, Yuka! Kamu gila ya? Nyuruh aku buat lakuin itu,"

Lysia terpancing emosi.

"Lysia, mereka bukan orang tuamu lagi!"
"TAHU APA KAMU? DIA MASIH ORANG TUAKU!"

Lysia membentak Yuka.

"Ssssttt!"

Yuka membungkam mulut Lysia.

Suara Lysia sangat nyaring, sehingga Ayah Lysia menyadari akan keberadaan mereka.

"KERGWHK..."

Suara Ayah Lysia berjalan menghampiri keberadaan Yuka dan Lysia. Yuka sudah ancang-ancang membawa botol kaca itu.

Suara langkah kaki itu semakin dekat!

"Degk... degk... degk..."

Suara langkah kaki yang terdengar jelas di ruangan sunyi.

"KWHSKAKKSK!"

Kepala ayah Lysia muncul tepat di hadapan Lysia.

"AAAAAAARKK!"

Lysia berteriak. Lysia diterkam oleh ayahnya. Botol kaca yang diberikan oleh Yuka terlepas begitu saja.

"LYSIA, TAHAN!"

Lysia menahan leher ayahnya dengan sekuat tenaga.

"ERGHHHHH!"

Yuka menendang kepala ayah Lysia menggunakan kakinya, lalu Yuka memukul kepala ayah Lysia menggunakan botol kaca tadi.

"Y-Yuka..."

Lysia syok melihat apa yang telah terjadi.

"L-Lysia..."

Jawab Yuka merasa bersalah.

"YUKA, APA YANG KAMU LAKUIN KE AYAH AKU!"

Hikss... Lysia menangis dan mendorong Yuka penuh rasa amarah.

Yuka terdiam. Lysia memeluk ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri.

Yuka membuka kantong sakunya dan mengeluarkan garam ajaib yang telah diberikan oleh kakeknya. Yuka mengetahui bahwa ayah Lysia akan kembali bangun dengan jiwa yang penuh amarah karena dirasuki oleh jin kobake.

"KRKHH..."

Ayah Lysia membuka matanya dengan serentak.

"LYSIA, AWASSSS!"

Yuka mendorong Lysia. Yuka langsung menaburkan garam yang dikeluarkan dari kantong saku ke wajah ayah Lysia.

"MENYINGKIRLAH, WAHAI MAKHLUK TERKUTUK!"
"AARGHHHHHKQQKW!"

Teriak ayah Lysia dengan penuh kesakitan. Suaranya memenuhi lorong tersebut.

Perlahan-lahan ayah Lysia berubah menjadi butiran abu yang terbakar dan beterbangan menghilang.

Lysia hampir pingsan.

"Lysia... orang tua kamu sebenarnya udah nggak ada. Itu adalah roh-roh satanic yang menguasai jiwa orang tua kamu."
"Ini nggak mungkin! Ini nggak masuk akal! Aku nggak percaya!"

Lysia menggeleng-gelengkan kepala dan bibirnya bergetar.

"Kamu lihat sendiri tadi, kan? Lysia, kamu orang yang sangat logis, jadi kamu nggak akan langsung percaya apa yang tadi kamu lihat. Kamu hanya perlu mencerna apa yang tadi kamu lihat."

Lysia terdiam sambil menangis.

"Lysia, ini masih belum berakhir! Tersisa ibu kamu,"

Yuka mengulurkan tangannya untuk membangkitkan Lysia.

Lysia mengumpulkan tekad dan meraih tangan Yuka.

"Ayo, Yuka! Aku percaya padamu,"

Lysia tersenyum penuh tekad.

Merekapun berjalan mencari ibunya Lysia dan mengetuk-ketuk botol kacanya.

"KSKAHk!"

Suara ibu Lysia. Yuka dan Lysia bergegas mengangkat botol kaca.

Suara langkah kaki ibu Lysia semakin mendekat. Yuka dan Lysia berlari ke arah ibunya Lysia dengan membawa botol kaca.

"ARKKKHH!"

Ibu Lysia berlari ke arah Lysia dan menerkam Lysia.

"ARGHH, YUKA, HELP!"

Lysia tergeletak diterkam ibunya. Ibu Lysia mencekik leher Lysia dengan sangat kencang.

"HWIHIWI! MATI KAMU, ANAK MANUSIA TAK BERGUNA!"

Suara teriakan itu memenuhi lorong ruangan itu. Lysia sangat terkejut mendengar perkataan itu keluar di mulut ibunya sendiri.

"Bu?... INI BUKAN IBU YANG AKU KENAL! IBU AKU SANGAT MENYAYANGI AKU! IBUKU TAK PERNAH MENGELUARKAN KATA-KATA YANG JAHAT SEPERTI ITU!"

Lysia berteriak kesusahan karena tercekik.

"AWAS KAMU! DASAR SETAN! BERANI-BERANINYA KAMU MERASUKI IBUKU!"

Lysia murka. Ia menendang perutnya menggunakan lutut.

"ARGHK!"

Ibu Lysia kesakitan.

"YUKA, BUBUKNYA!"

Lysia berteriak memanggil Yuka.

"Hmm? Bubuk? Maksudmu garam ini?"
"YUKA, AKU KEWALAHAN! Tenaganya sangaaat kuat. Cepet, Yuka, ini bukan waktunya bercanda,"

Lysia mengomel.

"Ahaha, iya, iya,"

Yuka menaburkan garam itu kepada ibunya Lysia.

"ARKHJKKG! PANASSS TUBUH KUU!! AKU TIDAK MAU MATI! AKU INGIN ABADI!!"

Teriak ibunya Lysia yang kini telah menjadi abu yang berterbangan.

Epilog

Ternyata orang tua Lysia obsesi dengan hidup kekal. Mereka tidak mau mati, sehingga mereka melakukan ritual yang sesat. Mereka menyerahkan jantungnya kepada jin kobake "si kepala kambing" untuk ia makan, lalu jantungnya diganti dengan jantung yang diberikan oleh jin kobake (jantung yang dimodifikasi menggunakan ilmu hitam). Setiap malam Jumat, orang tua Lysia melakukan ritual penyerahan organ-organ yang mereka punya untuk dimakan jin kobake, lalu organ-organ yang dimakan akan diganti menggunakan organ ilmu hitam.

Lysia memeluk Yuka dengan sangat erat, lalu ia menangis sejadi-jadinya.

"Ikhlaskanlah mereka, Lysia... dan maafkan aku..."

Ucap Yuka mengkhawatirkan Lysia.

"Kamu tidak usah meminta maaf, Yuka... hikss... Aku sudah dari lama melihat mereka melakukan pembiasaan aneh. Semuanya telah terjawab olehmu. Terima kasih, Yuka! Sekarang aku mengerti bahwa kita selalu berdampingan dengan mereka (makhluk-makhluk astral). Berikan aku waktu untuk menangis, Yuka. Diamlah di sini, di pelukanku!"

Lysia memeluk Yuka dan berterima kasih.

"Iya, Lysia... sama-sama. Senang bisa membantumu!"

Yuka membalas pelukan Lysia dan mengusap lembut kepala Lysia.

Pesan Moral

"Kematian adalah takdir semua manusia dan tak bisa dihindari dari siklus kehidupan. Berusaha melawan takdir hanya akan membawa penderitaan atau kehancuran."

Wandering Demons © Sipa Risyanti (9C)

Posting Komentar

0 Komentar