Hilang Tujuan
Karya: Fazri Septyana Pratama (8G)
Pada suatu hari, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Kenzy. Saat itu ia berumur lima tahun. Dahulu, Kenzy bercita-cita menjadi pilot, dan ia sangat ingin mewujudkan impian itu.
Ketika berumur tujuh tahun, Kenzy mulai masuk sekolah dasar. Hari pertama sekolah begitu menyenangkan baginya. Ia datang dengan seragam baru, senyum lebar, dan semangat yang tinggi. Setelah satu tahun berlalu, Kenzy naik ke kelas dua SD. Ia masih bersemangat untuk belajar demi mencapai cita-citanya.
Namun, di pertengahan semester dua, sebuah kejadian mulai mengubah hidupnya. Saat itu, Kenzy difitnah oleh teman sekelasnya. Ada seorang teman yang hendak bolos, dan kebetulan Kenzy berada di tempat kejadian. Ia tidak melaporkan hal itu kepada guru karena merasa tidak punya urusan. Keesokan harinya, teman itu justru memukul Kenzy hingga ia menangis. Meskipun hatinya terluka, Kenzy tetap berangkat sekolah. Ia berusaha kuat, walau mulai muncul rasa takut di dalam dirinya.
Tahun demi tahun berlalu. Saat duduk di kelas tiga SD, Kenzy masih
berusaha semangat. Ia bertekad untuk melupakan kejadian buruk sebelumnya.
Namun, ujian datang lagi. Teman-temannya mulai mengejeknya.
“Huu, Kenzy jelek, beban keluarga!” teriak salah satu teman.
Kenzy hanya diam. Ia tahu jika membalas, ia akan dipukul lagi. Perlahan-lahan, semangatnya mulai memudar. Meski begitu, Kenzy tetap belajar dengan sungguh-sungguh, berharap suatu saat semua akan berubah.
Menjelang libur akhir semester, Kenzy merasa sedikit bahagia karena bisa bermain bersama teman-temannya. Namun ternyata, kebahagiaan itu hanya sesaat. Tanpa ia sadari, teman-temannya telah merencanakan ejekan yang lebih menyakitkan. Saat bermain, mereka menertawakan Kenzy, menghina fisiknya, bahkan mencemooh keluarganya.
Sejak hari itu, semangat Kenzy runtuh hampir sepenuhnya. Ia merasa malu, kecewa, dan kehilangan percaya diri.
Setelah liburan, Kenzy naik ke kelas empat. Ia masih mencoba bertahan dan belajar seperti biasa. Namun, nilai-nilainya menurun drastis karena pikirannya tidak tenang. Ia sering melamun, memikirkan ejekan teman-temannya, dan merasa tidak berguna. Saat libur semester satu, ia memilih untuk tidak bermain keluar rumah karena takut diejek lagi.
Saat semester dua dimulai, keadaan sempat membaik. Tidak ada yang mengejeknya. Ia mulai bisa tersenyum kembali. Tetapi, di pertengahan semester, semuanya berubah lagi. Teman-temannya tiba-tiba menjauhinya tanpa alasan yang jelas. Tidak ada yang mau duduk bersamanya, tidak ada yang mau mengajak bicara.
Ketika mengaji di madrasah, Kenzy duduk sendirian. Tidak seorang pun menyapa. Setelah pelajaran selesai, ia pulang sambil menahan tangis. Sesampainya di rumah, ia berusaha menutupi kesedihannya. Ia tersenyum di depan orang tuanya agar mereka tidak khawatir, meski hatinya terasa hancur.
Keesokan harinya, Kenzy kembali ke sekolah. Langkahnya terasa berat. Ia masih berusaha bersemangat, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang dalam. Hari demi hari, ia semakin kehilangan arah. Cita-cita menjadi pilot yang dulu sangat ia impikan kini terasa jauh.
Suatu sore, Kenzy duduk di depan rumah, memandangi langit yang mulai
gelap. Ia teringat ucapan gurunya di masa lalu: “Jangan biarkan ejekan orang
lain memadamkan mimpimu.” Kalimat itu membuatnya terdiam lama. Dalam hati ia
berbisik, “Mungkin aku belum hilang. Aku hanya lelah dan tersesat sebentar.”
Sejak hari itu, Kenzy mulai mencoba bangkit perlahan. Ia belajar
lebih tenang, membaca buku, dan berusaha memperbaiki nilainya. Ia memang belum
sekuat dulu, tapi di dalam dirinya, muncul kembali cahaya kecil bernama
harapan.
🌿 Pesan Penting
Janganlah kalian mematahkan semangat orang lain, karena setiap orang
memiliki mimpi dan perjuangannya sendiri. Satu kata ejekan bisa
menghancurkan semangat seseorang, tetapi satu kata baik bisa membuatnya kembali
percaya diri. Mari kita belajar untuk saling mendukung, bukan saling
menjatuhkan.
Untuk membaca lebih seru bisa di link Cerpen Fazri

0 Komentar